PROSES PEMBUATAN BATIK TULIS LASEM

Dari pembelajaran tadi kita dapat lebih mengetahui proses pembuatan dan jenis-jenis batik tulis lasem secara langsung.
   Batik tulis lasem berasal dari kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Mengapa disebut dengan batik tulis? Karena proses pengerjaannya menggunakan canting hampir sama ketika kita sedang menulis di buku tulis, Oleh karena itu butuh waktu lama untuk menyelesaikan satu lembar kain batik. Karena daerah Lasem merupakan daerah pesisir dan banyak keturunan Tionghoa maka motif batik Lasem bercorak naga,burung hong,dan latohan.


Proses Pembuatan Batik Tulis Lasem
  1. Mencuci, yaitu kain mori dibersihkan dengan cara direndam semalaman kemudian pagi harinya dicuci sampai bersih
  2. Nganji yaitu kain mori putih yang sudah bersih kemudian diberi cairan kanji encer. Tiap potong kain membutuhkan 10-20 gram kanji yang dilarutkan kedalam ½ liter air.
  3. Mengetel, menghilangkan kanji dari mori dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan minyak kacang, soda abu, tipol dan air secukupnya. Setelah itu mori diuleni lagi dan dijemur kembali, lalu diuleni dan dijemur kembali. Proses ini diulang sampai tiga minggu lamanya lalu dicuci sampai bersih. Proses ini dilakukan agar nantinya zat warna yang digunakan dalam proses membatik bisa meresap kedalam serat kain dengan sempurna
  4. Mola, proses memberi pola sesuai dengan motif. Pola batik biasanya sudah dibuat sebelumnya pada kain, bisa dengan cara menjiplak dari pola batik yang sudah ada. Tetapi, tidak jarang pembatik profesional yang sudah mahir langsung menggoreskan pola yang ada diingatan mereka langsung ke kain dengan menggunakan canting.
  5. Nglengkreng,  setelah kain batik diberi pola motif utama, tahap selanjutnya ialah memberikan detail pada motif-motif tersebut.  Proses pemberian detail pada motif ini sudah tidak sesulit seperti tahap membuat pola yang dilakukan sebelumnya, namun biasanya proses ini dilakukan oleh pembatik yang sama. Pemberian detail pasa kain batik tentunya disesuaikan dengan motif yang dibuat pada saat pembuatan pola. Proses mola dan nglengkreng  ini membutuhkan waktu yang cukup lama serta paling membutuhkan ketelitian yang tinggi dari para pembatik. 
  6. Nglengkreng,  setelah kain batik diberi pola motif utama, tahap selanjutnya ialah memberikan detail pada motif-motif tersebut. Proses pemberian detail pada motif ini sudah tidak sesulit seperti tahap membuat pola yang dilakukan sebelumnya, namun biasanya proses ini dilakukan oleh pembatik yang sama. Pemberian detail pasa kain batik tentunya disesuaikan dengan motif yang dibuat pada saat pembuatan pola. Proses mola dan nglengkreng  ini membutuhkan waktu yang cukup lama serta paling membutuhkan ketelitian yang tinggi dari para pembatik.
  7. Isen-isen, mengisi bagian-bagian kain yang masih kosong dengan ornamen-ornamen. Proses ini tidak bisa sembarang dilakukan dengan memberikan ornamen, tetapi juga harus memperhatikan motif dari kain batik itu sendiri. Proses ini bagi kalangan yang paham akan motif batik memiliki makna yang berbeda-beda dan menunjukkan kekhasan dari setiap daerah. Isen-isen pada batik Lasem berupa sawut  yang berbeda dengan sawutan pada batik Yogyakarta maupun Solo. Sawut pada batik Lasem lebih seperti garis melengkung yang berkepala diujungnya.
  8. Nerusi,  membatik dengan mengikuti motif pembatikan pertama pada bekas tembusan di sebaliknya. Nerusi tidak berbeda Nglengkreng,  setelah kain batik diberi pola motif utama, tahap selanjutnya ialah memberikan detail pada motif-motif tersebut. Proses pemberian detail pada motif ini sudah tidak sesulit seperti tahap membuat pola yang dilakukan sebelumnya, namun biasanya proses ini dilakukan oleh pembatik yang sama. Pemberian detail pasa kain batik tentunya disesuaikan dengan motif yang dibuat pada saat pembuatan pola. Proses mola dan nglengkreng  ini membutuhkan waktu yang cukup lama serta paling membutuhkan ketelitian yang tinggi dari para pembatik dengan mola dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. Tujuan utama nerusi  untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta untuk memperjelas sisi lainnya. 
  9. Nembok, adalah menutup gambar dengan malam. Ini merupakan tahap awal dalam proses pewarnaan batik. Sebuah batikan tentu tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu proses penyelesaian menjadi kain. Bagian-bagian yang tidak akan diberi warna, atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain, harus ditutup terlebih dahulu dengan malam. Cara menutupnya sama dengan cara membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan. Canting yang digunakan untuk proses nembok  yaitu bercukuk besar.
  10. Ngelir, yaitu memberi warna pada batik. Batik Lasem dikenal dengan warna merahnya yang khas, seperti warna merah darah ayam, yang tidak bisa ditiru oleh pengrajin batik kota lain. Konon warna itu tercipta karena unsur mineral dalam air yang dipakai untuk mbabar (salah satu proses pewarnaan).  Dengan warna merah tersebut muncullah batik bangbiru, batik bangjo, serta batik tiga negeri. Batik tiga negeri adalah batik yang diwarnai di tiga tempat: merah di Lasem, sogan di Solo dan biru di Pekalongan. Proses pewarnaan batik sendiri dilakukan dalam sebuah bak khusus pewarnaan.
  11. Lorot, proses menghilangkan lapisan lilin yang terdapat pada kain dengan cara merebus dalam air panas. Tujuannya untuk memperjelas motif yang telah di gambar sebelumnya.
  12. Proses terakhir adalah menjemur kain yang sudah dilorot hingga kering. Kemudian barulah batik yang sudah kering tersebut dilapisi dengan wax serta dipress. Batik siap dipasarkan.
  13. Nggebuki adalah memukul kain-kain batik yang sudah dilipat dengan menggunakan alas dan alat pemukul dari kayu jati sehingga akan menghasilkan batik tulis yang halus dan terlipat dengan rapi dan siap dipasarkan.




Nama:Saskia Herlinda Zulfa
Kelas: 10 IPS 2
Absen:28

Komentar